doc@tim keilmuan |
Dalam pertemuan
singkat di masjid Nabawi tersebut, Ustadz Hidayat memberikan banyak motivasi
kepada warga IKPM yang hadir. Dimulai dari cerita pengalaman beliau sewaktu
masih menjadi tholib jami’ah
(1980 – 1992). Di awal masa studinya, beliau biasa menyiram air ke kasur
sebelum tidur. Hal itu dikarenakan suhu udara yang begitu panas dan tidak
adanya AC (Air Conditioner) waktu itu.
Beliau mengatakan
bahwa UIM sekarang berkembang begitu pesat. Fasilitas belajar mengajar juga
memadai. Semua hal tersebut membuat mahasiswa betah belajar di UIM. “Kalo nggak kerasan kebangetan,” ucap salah
satu anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor ini.
Dalam nasihatnya,
mantan Ketua MPR RI ini menekankan warga IKPM untuk giat belajar dan meneruskan
studinya sampai jenjang Master atau Doktoral. Meski tidak menutup kemungkinan
adanya mahasiswa lulusan S-1 yang pulang ke Indonesia tanpa melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Alumni Gontor tahun 1979 ini juga
menjelaskan bahwa umat Islam, khususnya di Indonesia, memerlukan SDM yang
berkualitas tinggi, unggul, berwawasan luas dan kompetitif. Maka daripada itu
penting kiranya bagi warga IKPM untuk mempersiapkan diri dari sekarang. Beliau
ibaratkan Indonesia seperti gelas kosong, “kalau orang-orang baik tidak mau
mengisi jangan salahkan kalau orang lain yang mengisi!”
Mantan sekretaris Koodinator Gerakan
Pramuka sewaktu nyantri di Gontor ini juga menceritakan keaktifan beliau
saat menjadi anggota inti kasyaf (kepramukaan) di kampus UIM bersama 6
orang lainnya: mahasiswa Palestina, Mesir, Ghana, Iraq, Khazakstan, dan Uganda.
“Kita keliling camping ke mana-mana,” kenang beliau.
“Ada yang perlu kita buat untuk
meningkatkan kualitas diri. Apakah itu organisasi, kegiatan kayak jawalah
(kepramukaan-red) itu, atau bahkan peningkatan kemampuan bahasa Arab dan bahasa
Inggris,” tambah mantan Ketua PPI Arab Saudi ini.
Pria asal Yogyakarta ini juga menceritakan
bahwa dulu beliau membuat kelompok beranggotakan 2 atau 3 orang untuk
mengobrol, berdebat dan sebagainya minimal 1 jam menggunakan bahasa Arab dan
bahasa Inggris. Beliau juga biasa membaca buku yang tidak terkait dengan
pelajaran di kelas tapi diperkirakan sangat bermanfaat nanti ketika sudah
pulang di Indonesia dan menjadikan wawasannya lebih luas. “Wawasan luas ini
sangat bermanfaat untuk Antum nanti ketika bekerja atau berjuang di Indonesia,”
sambung beliau
.
Di akhir pertemuan,
beliau berpesan untuk memaksimalkan potensi dan
kesempatan di Madinah. “Karena memang ketika kita sudah pulang, apalagi ketika
terjun di masyarakat kesempatan untuk semakin banyak membaca; semakin banyak
menekuni itu pasti akan berkurang. Karena memang tanggung jawab sudah berbeda,
tantangan semakin berbeda,” ucap beliau.
Tak lupa beliau juga meminta doa untuk
kesehatan pimpinan pondok khususnya Ustadz Abdullah Syukri Zarkasyi yang masih
menjalani perawatan di Jakarta.