Oleh: Ibnul Qayyim al Jauziyyah
Penerjemah: Umar Farouq Suhaimi
Orang yang mengerjakan amalan tanpa dilandasi niat lillahi ta'ala
dan tidak sesuai dengan perintahnya mengira bahwa amalan tersebut akan mendatangkan
manfaat baginya. Padahal kenyataannya tidak demikian. Amalan macam inilah yang
Allah ceritakan dalam firmannya :
"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami
jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."
Renungkanlah, Allah SWT menjadikan fatamorgana di tanah qi'ah,
yaitu tanah kosong yang tidak ada bangunan,
pepohonan, tumbuhan dan kehidupan.
Di sanalah fatamorgana bertempat, tanah kosong yang tidak ada apa-apanya.
Fatamorgana adalah sesuatu yang tak berwujud, itulah perumpamaan bagi amalan dan
hati mereka yang kosong dari keimanan dan petunjuk. Amalan mereka bak fatamorgana
dan hati mereka bak tanah qi'ah.
Renungkanlah apa yang terkandung dalam firman Allah ini:
ÙŠَØْسَبُÙ‡ُالظَّÙ…ْآنُÙ…َاءً
"Orang orang yang dahagamengiranya air."
Dzom'an pada ayat di atas berarti orang yang teramat haus, lalu ia melihat
fatamorgana yang ia kira bahwa itu adalah sumber air, tetapi ketika ia mendatanginya
ia tidak mendapatkan apa-apa. Bahkan ia dihianati oleh sesuatu yang paling ia butuhkan
pada saat itu. begitu pula mereka, tak kala amalan-amalan yang mereka lakukan tidak
dilandasi niat lillahi ta'ala dan tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam maka amalan-amalan tersebut layaknya fatamorgana. Mereka tidak
mendapatkan apa-apa darinya pada saat mereka membutuhkannya. Dan Allah subhanahu
wa ta’ala akan membalas dan menghisab amalan mereka.
Disebutkan dalam hadist shahih yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id al
Khudriy tentang tampaknya Allah di depan hamba-hambanya, dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam : ("Lalu jahannam
didatangkan dan dibentangkan, seolah-olah ia fatamorgana, lantas orang yahudi
ditanya: apa yang dahulu kalian sembah?
Mereka menjawab: kami menyembah 'Uzair anak Allah.
Maka dikatakan kepada mereka: kalian telah berdusta. Sesungguhnya
Allah tidakmempunyai istri dan anak. Lantasapa yang kalian inginkan?
Mereka menjawab: kami ingin engkau memberi kami minuman.
Lalu dikatakan kepada mereka: minumlah! Mereka langsung berjatuhan ke
dalam neraka jahannam.
Kemudian orang-orang nashara ditanya: apa yang kalian sembah dahulu?
Mereka menjawab: kami menyembah 'Isa al masih anak Allah.
Lalu dikatakan kepada mereka: kalian telah berdusta, sesungguhnya
Allah tidak mempunyai anak dan istri, lantas apa yang kalian inginkan?
Mereka menjawab: kami ingin engkau memberi kami minuman.
Lalu dijawab: minumlah! Dan mereka langsung berjatuhan ke dalam neraka
jahannam")
Begitulah kondisi orang yang amalannya sia-sia. Ia akan dikhianati oleh
kesia-siannya takkala ia membutuhkannya, karena amalannya itu tak berwujud.
Jika aqidah yang dipeluk seseorang tidak sesuai dengan kebenaran maka pemeluknya
tidak akan mendapatkan melainkan kesia-siaan.
Begitu pula jika orientasi sebuah amalan itu salah, seperti beramal
untuk selain Allah, atau tidak sesuai dengan perintahnya, maka amalanitu akan menjadi
sia-sia karena orientasi yang salah. Bahkan pelakunya akan mendapatkan mudharat
karena ia tidak mendapatkan apa yang ia harapkan dari amalan yang sia-sia tersebut.
Amalan dan aqidahnya tidak dapat menolongnya. Dan ia akan diadzab karena tidak ada
mafaat yang ia dapatkan darinya bahkan yang ia dapatkan adalah kemudharatan. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
"Dan diadapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah
memberika kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah sangat cepat perhitungannya."
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda!