Oleh:
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Penerjemah: Bunayya Fathi Rasyadi
- Pertama: Hati yang tidak ada cahaya iman dan tidak ada sedikitpun kebaikandi dalamnya. Inilah hati yang gelap. Hati di mana para setan telah menjadikanya sebagai rumah dan tempat tinggal, sehingga dengan mudahnya mereka membisikan kejahatan kepada manusia, bertindak sesuka hati terhadapnya, dan pada akhirnya benar-benar menguasainya.
- Kedua: Hati yang telah diterangi oleh keimanan, yang mana keimanan tersebut senantiasa memancarkan cahayanya di dalam hati manusia, akan tetapi hati ini terkadang masih tertutup oleh gelapnya syahwat dan masih terus diterpa oleh badai godaan yang dahsyat. Pada jenis hati yang seperti ini, terkadang setan masih mampu menembus masuk, namun kemudian keluar lagi.Dia pun masih mempunyai ruangdi dalam hati manusia dan masih terus mendapatkan makanan darinya. Begitulah kemenangan untuk setan dan hati kecil manusia masih terus silih berganti. Dan keadaan hati jenis ini berbeda-berbeda, bergantung pada sedikit banyaknya kebaikan dan keburukan yang ada pada hati manusia tersebut. Diantara manusia ada yang kemenanganya atas setan lebih banyak daripada kekalahanya, diantara mereka ada juga yang justru kekalahanya dari setan lebih dominan, dan diantara mereka ada pula yang terkadang menang dan terkadang kalah.
- Ketiga: Hati yang penuh dengan keimanan dan terus disinari oleh cahayanya, hati yang tidak lagi tertutup oleh syahwat, dan hati yang telah terhindar dari kegelapan. Cahaya iman tadi senantiasa menyinari hati. Dan sinar itu tidak berhenti menyala, sehingga jika ada bisikan setan yang berusaha mendekatinya, terbakarlah ia. Hati yang seperti ini bagaikan langit yang dilindungi oleh bintang-bintang, apabila ada setan yang melangkah mendekatinya untuk mencuri kabar tentang perkara-pekara yang akan datang dari langit, malaikat akan melemparnya dengan bintang sehingga terbakarlah ia. Dan sungguh, tidaklah langit itu lebih mulia dari diri seorang yang beriman. Maka, penjagaan Allah terhadap hati seorang mukmin pun lebih sempurna daripada penjagaanya terhadap langit. Jikalau langit adalah tempat beribadahnya malaikat, tempat diturunkanya wahyu, dan di dalamnya terpancar cahaya ketaatan, maka, hati seorang yang beriman itu adalah tempat bersemayamnya tauhid, kecintaan terhadap Allah, ilmu tentang-Nya, iman kepada-Nya, dan di dalamnya terdapat pula cahaya yang terpancar dari sifat-sifat mulia tersebut. Maka benarlah bahwa hati lebih berhak untuk dilindungi dan dijaga dari tipu daya musuh, dan tidaklah para musuh berhasil melancarkan tipu dayanya ke dalam hati seorang mukmin, kecuali Allah akan melenyapkan tipu daya tersebut seketika itu juga sehingga hati kembali bersih.
- Pertama: rumah seorang raja yang terdapat di dalamnya harta simpanan serta permata-permatanya.
- Kedua: rumah orang biasa yang di dalamnya tersimpan harta bendanya dan tidak tedapat padanya pemata raja maupun harta simpananya.
- Ketiga: rumah kosong yang tidak terdapat apapun di dalamnya.
Hal di atas telah dimisalkan dengan permisalan yang bagus, yaitu dengan
tiga rumah:
Kemudian datanglah pencuri yang hendak mencuri dari salah satu ketiga rumah
tersebut. Maka, di rumah manakah kira-kira dia akan mencuri?
Apabila anda mengatakan si pencuri akan mencuri di rumah yang kosong, maka
itu adalah hal yang mustahil. Karena pada dasarnya, rumah yang kosong tidak
mempunyai barang bernilai yang bisa dicuri. Maka dari itu pernah suatu ketika
dikatakan kepada Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma: "sesungguhnya
orang-orang Yahudi mengira bahwa mereka tidak pernah diganggu oleh setan dalam
shalat mereka". Kemudian Ibnu Abbas berkata: "memang apa yang akan
setan perbuat terhadap hati yang sudah rusak?". Kemudian jika anda mengatakan
bahwa si pencuri akan mencuri di rumah sang raja, maka itu pun merupakan hal
yang hampir tidak mungkin bisa dilakukan. Karena sesungguhnya pada rumah
tersebut terdapat penjagaan dan perlindungan yang bahkan untuk mendekatinya pun
si pencuri tidak bisa. Dan bagaimana dia akan berhasil mencuri apabila ternyata
penjaganya adalah sang raja sendiri? Dan bagaimana pula si pencuri bisa
mendekati rumah tersebut bila ternyata di sekeliling rumah itu pun sudah
tersebar para pengawal dan pasukan raja? Maka, tidak ada kemungkinan lain bagi
si pencuri kecuali mencuri di rumah yang ketiga, yaitu rumah yang mungkin untuk
diserang dari segala arah.
Maka, hendaknya kita renungkan permisalan di atas dengan
baik kemudian membiarkanya tersimpan di dalam hati, dan memang begitulah
seharusnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda!