Segala macam info dan berita tentang studi di kota Madinah dan Ikatan Keluaga Pondok Modern Gontor Cab. Madinah

Sabtu, 16 Maret 2013

Hati Manusia dan Macamnya

Oleh: Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Penerjemah: Bunayya Fathi Rasyadi


Hati manusia itu ada tiga macam:
  • Pertama: Hati yang tidak ada cahaya iman dan tidak ada sedikitpun kebaikandi dalamnya. Inilah hati yang gelap. Hati di mana para setan telah menjadikanya sebagai rumah dan tempat tinggal, sehingga dengan mudahnya mereka membisikan kejahatan kepada manusia, bertindak sesuka hati terhadapnya, dan pada akhirnya benar-benar menguasainya.
  • Kedua: Hati yang telah diterangi oleh keimanan, yang mana keimanan tersebut senantiasa memancarkan cahayanya di dalam hati manusia, akan tetapi hati ini terkadang masih tertutup oleh gelapnya syahwat dan masih terus diterpa oleh badai godaan yang dahsyat. Pada jenis hati yang seperti ini, terkadang setan masih mampu menembus masuk, namun kemudian keluar lagi.Dia pun masih mempunyai ruangdi dalam hati manusia dan masih terus mendapatkan makanan darinya. Begitulah kemenangan untuk setan dan hati kecil manusia masih terus silih berganti. Dan keadaan hati jenis ini berbeda-berbeda, bergantung pada sedikit banyaknya kebaikan dan keburukan yang ada pada hati manusia tersebut. Diantara manusia ada yang kemenanganya atas setan lebih banyak daripada kekalahanya, diantara mereka ada juga yang justru kekalahanya dari setan lebih dominan, dan diantara mereka ada pula yang terkadang menang dan terkadang kalah.
  • Ketiga: Hati yang penuh dengan keimanan dan terus disinari oleh cahayanya, hati yang tidak lagi tertutup oleh syahwat, dan hati yang telah terhindar dari kegelapan. Cahaya iman tadi senantiasa menyinari hati. Dan sinar itu tidak berhenti menyala, sehingga jika ada bisikan setan yang berusaha mendekatinya, terbakarlah ia. Hati yang seperti ini bagaikan langit yang dilindungi oleh bintang-bintang, apabila ada setan yang melangkah mendekatinya untuk mencuri kabar tentang perkara-pekara yang akan datang dari langit, malaikat akan melemparnya dengan bintang sehingga terbakarlah ia. Dan sungguh, tidaklah langit itu lebih mulia dari diri seorang yang beriman. Maka, penjagaan Allah terhadap hati seorang mukmin pun lebih sempurna daripada penjagaanya terhadap langit. Jikalau langit adalah tempat beribadahnya malaikat, tempat diturunkanya wahyu, dan di dalamnya terpancar cahaya ketaatan, maka, hati seorang yang beriman itu adalah tempat bersemayamnya tauhid, kecintaan terhadap Allah, ilmu tentang-Nya, iman kepada-Nya, dan di dalamnya terdapat pula cahaya yang terpancar dari sifat-sifat mulia tersebut. Maka benarlah bahwa hati lebih berhak untuk dilindungi dan dijaga dari tipu daya musuh, dan tidaklah para musuh berhasil melancarkan tipu dayanya ke dalam hati seorang mukmin, kecuali Allah akan melenyapkan tipu daya tersebut seketika itu juga sehingga hati kembali bersih. 



  • Pertama: rumah seorang raja yang terdapat di dalamnya harta simpanan serta permata-permatanya.
  • Kedua: rumah orang biasa yang di dalamnya tersimpan harta bendanya dan tidak tedapat padanya pemata raja maupun harta simpananya.
  • Ketiga: rumah kosong yang tidak terdapat apapun di dalamnya.

Hal di atas telah dimisalkan dengan permisalan yang bagus, yaitu dengan tiga rumah:
Kemudian datanglah pencuri yang hendak mencuri dari salah satu ketiga rumah tersebut. Maka, di rumah manakah kira-kira dia akan mencuri?
Apabila anda mengatakan si pencuri akan mencuri di rumah yang kosong, maka itu adalah hal yang mustahil. Karena pada dasarnya, rumah yang kosong tidak mempunyai barang bernilai yang bisa dicuri. Maka dari itu pernah suatu ketika dikatakan kepada Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma: "sesungguhnya orang-orang Yahudi mengira bahwa mereka tidak pernah diganggu oleh setan dalam shalat mereka". Kemudian Ibnu Abbas berkata: "memang apa yang akan setan perbuat terhadap hati yang sudah rusak?". Kemudian jika anda mengatakan bahwa si pencuri akan mencuri di rumah sang raja, maka itu pun merupakan hal yang hampir tidak mungkin bisa dilakukan. Karena sesungguhnya pada rumah tersebut terdapat penjagaan dan perlindungan yang bahkan untuk mendekatinya pun si pencuri tidak bisa. Dan bagaimana dia akan berhasil mencuri apabila ternyata penjaganya adalah sang raja sendiri? Dan bagaimana pula si pencuri bisa mendekati rumah tersebut bila ternyata di sekeliling rumah itu pun sudah tersebar para pengawal dan pasukan raja? Maka, tidak ada kemungkinan lain bagi si pencuri kecuali mencuri di rumah yang ketiga, yaitu rumah yang mungkin untuk diserang dari segala arah.
Maka, hendaknya kita renungkan permisalan di atas dengan baik kemudian membiarkanya tersimpan di dalam hati, dan memang begitulah seharusnya.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda!


Official Website Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Cabang Madinah, Saudi Arabia. Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Semangat baru IKPM Madinah di Awal Semester 1446 H

Madinah – Alhamdulilllah pada hari Ahad malam, 3 Rabiul Tsani 1446 / 6 Oktober 2024, keluarga besar IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern) Gon...

Blog Archive