Oleh: Abdul Malik bin Ahmad
Ramadhani
Penerjemah: Haikal
Alghomam bin Suhardi
Ketika seorang mukmin terus berusaha memperbaiki budi
pekertinya, kedudukannya akan berada sedekat-dekatnya dengan Rasulullah pada
hari kiamat, karena beliau shallallahu
alaihi wasallam mencintai orang yang berbudi pekerti luhur. Diriwayatkan
dari Jabir radhiyallahu 'anhu bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari
kiamat adalah orang-orang yang berbudi baik dari kalian. Sedangkan orang yang
paling aku benci dan paling jauh kedudukannya dariku pada hari kiamat adalah
para tsartsarun (penceloteh), mutasyaddiqun (orang-orang yang bermulut
besar) dan para mutafaihiqun (orang-orang
yang berlagak)”, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami sudah
mengetahui bagaimana para penceloteh dan orang-orang yang besar mulut, bagaimanakah
rupanya para mutafaihiqun?” Beliau
menjawab, “Orang-orang yang menyombongkan diri” (HR Tirmidzi [no. 2018] dan
disahihkan oleh Al-Albani). Imam Tirmidzi menerangkan, “Berceloteh adalah
banyak bicara. Bermulut besar adalah suka memperpanjang perkataan dan berkata
kotor”. Berkata kotor artinya berkata-kata dengan perkataan keji nan kotor.
Kalau seandainya penjabaran tentang budi pekerti hanya sebatas yang tertera
dalam hadits di atas, maka sudah sangat cukup karena mendapatkan cinta
Rasulullah dan kedudukannya dekat dengan beliau adalah suatu hal yang amat
penting! Jikalau pembaca yang budiman memahami pembahasan pada bab yang lalu
bahwa Rasulullah menjadi sahabat bagi Abu Bakar, seseorang yang mulia budi
pekertinya. Ketika beliau radhiyallahu
anhu sedikit menurun budinya, maka Rasul menjauhinya meskipun beliau tidak
sampai berbuat dosa. Dengan ini, pembaca yang budiman akan tahu rahasia
dekatnya orang-orang yang berbudi luhur dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Wabillahi
at-taufiq.
Pembahasan tentang
keutamaan budi pekerti mulia amatlah luas, tapi cukup saya mengingatkan kaum
mukminin sekalian dengan sebagian saja dari pembahasan tersebut hingga mereka memperoleh
faedah dan yang lalai menjadi sadar. Maka seyogyanya seorang mukmin melihat
pada dirinya sudahkah ia berlemah lembut kepada orang lain seraya bermuka cerah
nan riang? Kalau sudah, orang-orang akan tenang bersamanya, senang bergaul
dengannya, menikmati berada di sampingnya, berlomba-lomba untuk menemaninya
dalam perjalanan, mereka akan menentramkan ia dari gundah gulana sebagaimana
yang mereka lakukan terhadap diri dan harta mereka sendiri. Jual belinya
disertai kemurahan hati, perbincangannya selalu benar, janjinya selalu
ditepati, perkataannya selalu baik, tangannya tidak pernah berbuat jahat,
matanya terhindar dari khianat, menyalami pembantunya layaknya menyalami
atasannya, cerah raut wajah yang ia tampakkan kepada orang-orang yang tak
dikenal seperti ia menampakkanya kepada orang-orang dekatnya, kedengkian
hatinya tercerabut, selalu berprasangka baik pada teman-temannya dan
teman-temannya akan mempercayai dirinya. Allah ta’ala berfirman, “dan
orang-orang mukmin lelaki dan perempuan sebagian mereka menjadi penolong bagi
sebagian lainnya. Mereka menyuruh untuk mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari
kemungkaran, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah
dan RasulNya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS At Taubah 71), hendaklah kalian berbudi
pekerti dengan budi pekerti yang diterangkan tadi sebisa mungkin agar kalian
mendapatkan rahmat tersebut. “Merekalah orang-orang yang akan dirahmati oleh
Allah”, karena mereka yang mengasihi orang lain akan dirahmati. Diriwayatkan
dari Abdullah bin Amru radhiyallahu
anhuma bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda, “Para pengasih akan dikasihi oleh Allah Sang Maha
Pengasih, kasihilah penduduk bumi kalian akan dikasihi oleh penduduk langit”
(HR Daud [no. 4941] dan Tirmidzi [no. 1924], hadits ini disahihkan oleh Al- Albani dalam As Silsilah As Sahihah).
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda!