Oleh: Admin
Beliau juga menyatakan bahwa subtansi atau keilmuan warga IKPM yang sedang belajar di Madinah tidak diragukan lagi. Namun, kekuatan intelektual ini harus didukung dengan kuatnya tabligh/bagaimana menyampaikannya kepada masyarakat. Saat ini banyak sekali problem mengenai hal ini. “Jangan sampai ilmunya banyak sekali tapi ketika ngomong nggak menarik, tidur semua,” pesannya dengan nada canda.
Ustadz Anas Burhanuddin yang juga hadir dalam pertemuan tersebut didaulat untuk menyampaikan sambutan berikutnya. Kandidat doktor fiqh ini mewasiatkan dua hal untuk warga IKPM. Pertama ialah membaca kembali buku-buku mengenai adab menuntut ilmu agar bisa menjalani kehidupan setahun ke depan dengan lebih semangat. Kedua, hendaknya subtansi atau keilmuan warga IKPM juga harus terus ditingkatkan seiring dengan penguasaan tata cara penyampaiannya kepada masyarakat secara lisan maupun tulisan.
Sudah menjadi sunnah IKPM Madinah untuk mengadakan perkumpulan sepulang dari tanah air. Tahun ini, kumpul perdana diadakan di sebuah gedung pertemuan sekitar 200 meter dari Masjid Nabawi, pada hari Kamis, 23 Syawwal 1434 H. Karena masih di bulan Syawwal, suara doa ‘taqabbalallahu minna wa minkum’ menyertai senyum sapa antar anggota saat berjumpa. Suasana kekeluargaan pun terasa sangat kental mewarnai perkumpulan yang dihadiri oleh 47 warga IKPM Madinah ini.
Makan malam dengan menu ayam goreng 'Al-Baik' sebelum sholat isya' berjama'ah |
Semula perkumpulan ini juga akan dihadiri oleh Rektor Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor, Dr Amal Fathullah Zarkasyi dan Dr Dihyatun Masqon yang sedang berada di Arab Saudi menghadiri pertemuan Rabithatu-l-Jami’ati-l-Islamiyah (Asosiasi Universitas-Universitas Islam) pada hari Senin, 20 Syawwal 1434 H di Riyadh, Arab Saudi. Namun, karena waktu yang tidak memungkinkan kedua rektor ISID tersebut harus kembali ke tanah air dengan segera tanpa bisa bertemu dengan para alumni di Madinah.
Ketidakhadiran dua guru senior tersebut sedikit terobati dengan kehadiran Ustadz Ahmad Masbukhin, alumni Gontor yang berdomisili di Jeddah, Arab Saudi. Dalam wejangannya seusai sholat Isya’, beliau menekankan bahwa warga IKPM mempunyai kesamaan rasa dan kesan. Diharapkan hal ini bisa menjadi potensi yang produktif dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang diadakan IKPM nanti.
Beliau juga menyatakan bahwa subtansi atau keilmuan warga IKPM yang sedang belajar di Madinah tidak diragukan lagi. Namun, kekuatan intelektual ini harus didukung dengan kuatnya tabligh/bagaimana menyampaikannya kepada masyarakat. Saat ini banyak sekali problem mengenai hal ini. “Jangan sampai ilmunya banyak sekali tapi ketika ngomong nggak menarik, tidur semua,” pesannya dengan nada canda.
“Saya juga berharap tulisan teman-teman bisa menjadi pedang yang tajam,” pesannya lagi.
Peningkatan kualitas dakwah secara lisan maupun tulisan menjadi inti sambutan alumni Gontor tahun 1999 ini. Berkali-kali beliau menyuruh ketua IKPM untuk mengejawantahkannya dalam program kegiatan IKPM setahun ke depan.
Suasana perkumpulan saat Ust. Masbukhin memberikan sambutan |
Ustadz Anas Burhanuddin yang juga hadir dalam pertemuan tersebut didaulat untuk menyampaikan sambutan berikutnya. Kandidat doktor fiqh ini mewasiatkan dua hal untuk warga IKPM. Pertama ialah membaca kembali buku-buku mengenai adab menuntut ilmu agar bisa menjalani kehidupan setahun ke depan dengan lebih semangat. Kedua, hendaknya subtansi atau keilmuan warga IKPM juga harus terus ditingkatkan seiring dengan penguasaan tata cara penyampaiannya kepada masyarakat secara lisan maupun tulisan.
Sambutan berikutnya ialah sambutan dari Ustadz Azmi Syukri Zarkasyi. Kandidat master dari Jurusan Tarbiyah ini menceritakan perkembangan pondok Gontor secara global mencakup penerimaan santri putra sekitar 3200 santri, berdirinya Gontor Putri di Riau dengan santriwati perdana mencapai 300, berubahnya KMI Gontor 2 menjadi KMI full dari kelas 1 sampai kelas 6, ISID yang bergerak menuju Universitas Darussalam, dan lain sebagainya.
Perkembangan kesehatan ayahnya, Dr Abdullah Syukri Zarkasyi, juga tak luput dari sambutan singkatnya. Kesehatan salah satu pimpinan pondok Gontor yang menderita penyakit stroke ini dikabarkan berangsur membaik dan masih dalam tahap pemulihan. Para dokter yang menanganinya terkejut kagum melihat perkembangan kesehatannya yang luar biasa.
Cerita pimpinan pondok yang lain disampaikan oleh putra keempat KH Hasan Abdullah Sahal. Elby –panggilan akrabnya- menceritakan kondisi ayahnya di tengah sakitnya pimpinan pondok yang lain. Kekuatan doa-lah yang ayahnya harapkan selama ini dari seluruh alumni agar bisa terus diberi kesehatan dan bisa memimpin pondok dengan sebaik-baiknya.
Acara ditutup dengan doa untuk pimpinan pondok, para asatidz, dan kaum muslimin pada umumnya. Pukul 21.42 acara selesai dan warga IKPM pulang menuju asramanya masing-masing.