Oleh: Hedi Kurniadi bin Helmi, Lc*
Di antara kasih sayang dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepada hamba-Nya ialah menghadiahkan ummat ini amalan yang ringan dan
mudah untuk dikerjakan namun memiliki ganjaran pahala yang sangat besar. Pahala
yang setara dengan mujahid (orang-orang yang berjihad di jalan Allah) berupa
surga Firdaus yang tinggi. Amalan-amalan tersebut di antaranya adalah
:
Yang
pertama, menuntut ilmu.
Rosulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ
فِي سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
“Barang siapa keluar
untuk menuntut ilmu, maka ia sedang (berjuang) di jalan Allah sampai ia
kembali.” (H.R. Tirmidzi, dan dihukumi sebagai hadits Hasan oleh Syeikh Al-Albaniy)
Hadits yang agung ini mengisyaratkan bahwa orang yang menuntut
ilmu (ilmu syar’i) sama halnya dengan orang yang sedang berjuang di jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa saat ini
menuntut ilmu lebih utama dibandingkan orang yang berperang di jalan Allah.
Mengapa? Sebab kejahilan, fitnah syubhat dan syahwat yang sedang merebak telah
menggerogoti tubuh kaum muslimin. Di mana ritual
kesyirikan merajalela, amalan-amalan yang tidak ada tuntunannya dari Rosulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dianggap bagian dari
ajaran Islam, ditambah aliran-aliran sesat dan menyesatkan siapa saja yang
dangkal ilmu agamanya. Dan untuk
menyembuhkan penyakit itu semua adalah dengan ilmu, ilmu yang dapat membedakan
mana perkara yang haq dan mana yang bathil. Ilmu yang akan menuntut kaum
muslimin untuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla sesuai dengan apa
yang pernah dicontohkan oleh Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karena itu, marilah kita mengerahkan seluruh tenaga untuk menuntut ilmu
agama, mengajak sanak keluarga untuk menghadiri majlis-majlis ilmu. Paling
tidak mengarahkan mereka untuk mendengarkan (radio atau televisi dakwah) serta
video-video ceramah yang sangat mudah diakses di internet. Rosulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهُّ
فِيْ الدِّيْنِ
“Barang
siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka akan difahamkan ia dalam
perkara agama.” (Muttafaq ‘alaih)
Yang kedua,
orang yang berusaha membantu janda dan orang miskin. Rosulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
السَّاعِي عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِيْنِ
كَالمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ أَوِ القاَئِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهَارَ
“Orang yang
berusaha (menolong) janda dan orang miskin, (akan mendapatkan pahala)
seperti orang yang berjihad di jalan Allah, atau orang yang qiyamul lail
semalam suntuk dan puasa sehari penuh.” (H.R. Bukhori)
Saat ini, terutama di negara-negara konflik seperti Suriah, Iraq,
Palestina dan lain sebagainya banyak sekali wanita-wanita janda yang suaminya
terbunuh saat mereka
berjuang melawan zionis Israel, syi’ah nushoiriyah, dan seterusnya. Nah,
sebagai saudara seiman tentunya kita diperintahkan untuk membantu mereka, salah
satunya ialah dengan memberikan sumbangan dana yang dapat disalurkan melalui
organisasi-organisasi yang bergerak dalam pelayanan masyarakat seperti Peduli
Muslim, Peduli Kemanusian Radio Rodja, Misi Medis Suriah, dan yang lainnya.
Begitu juga membantu orang-orang miskin di sekitar kita dengan memberikan
mereka makanan misalnya, maka insya Allah kita
akan mendapatkan balasan pahala yang setara dengan pahala orang yang berjihad
atau berperang di jalan Allah Ta’ala. Rosulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam juga bersabda:
مَنْ جَهَّزَ غَازِياً فِى سَبِيلِ
اللَّهِ فَقَدْ غَزَا ، وَمَنْ خَلَفَ غَازِياً فِى سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ
فَقَدْ غَزَا
“Barang
siapa mempersiapkan (membekali) orang yang berperang, maka sungguh ia telah
berperang. Barang siapa yang menanggung keluarga orang yang berperang, maka
sungguh ia telah berperang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Suatu ketika, seorang laki-laki datang kepada
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengutarakan keinginannya
untuk ikut berperang bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
para sahabat yang lain. Akan tetapi Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
langsung memberikannya izin untuk turut serta melainkan bertanya terlebih
dahulu kepadanya,
“Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Tanya Rosulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada laki-laki itu,
“Ya”, Jawabnya singkat,
Maka Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata kepadanya, “Berjihadlah (dengan berbakti) pada keduanya.”
(Kisah
ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori rohimahullah dalam
kitab al-Adab dan Imam Muslim rohimahullah dalam kitab al-Birr wa
ash-Shilah)
Dengan demikian bagi siapa saja yang
orangtuanya masih hidup, jangan sia-siakan kesempatan untuk mendapatkan pahala
seorang mujahid yang berperang di jalan Allah Ta’ala tanpa harus terjun
langsung ke medan pertempuran, yaitu ganjaran berupa surga Allah Ta’ala yang
kenikmatannya kekal untuk selama-lamanya
Yang
keempat, beramal sholeh pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah,
Imam Bukhari rahimahullah
meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat mulia Ibnu 'Abbas radhiallahu
'anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ
فِيْهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ، فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ
اللهِ وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ فقال رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم: وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ
وَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh
Allah daripada hari-hari ini, yaitu: Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Beliau
menjawab: Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar
(berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu
apapun.”
Maka beruntunglah orang-orang yang
memanfaatkan waktu tersebut, yaitu sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah
yang baru saja berlalu dengan amal ibadah seperti sedekah misalnya, puasa
‘Arofah, qiyaamul lail, dan seterusnya. Adapun bagi mereka yang lalai
atau karena ilmu yang belum sampai sehingga melewatkan kesempatan untuk
beribadah pada hari-hari tersebut, semoga tahun yang akan datang dapat
dipertemukan kembali dengan 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah dan
memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin, aamiin.
Dan masih banyak lagi amalan-amalan
yang ganjarannya setara dengan orang yang berjihad di jalan Allah seperti
bersedekah semata-mata mengharapkan ridho dan balasan dari Allah Ta’ala,
bekerja untuk menafkahi istri dan anaknya begitu pula untuk kedua orang tuanya,
pergi haji dan umroh, mujahadatu an-nafs (berjuang mengendalikan hawa
nafsu), berpegang teguh dengan sunnah di zaman fitnah ini, duduk di masjid
setelah sholat untuk menunggu sholat, dan lain sebagainya.
Semoga Allah Ta’ala memberikan
taufik-Nya sehingga kita dapat mengerjakan amalan-amalan yang ringan namun
besar pahalanya.
Sekian semoga bermanfaat, wallahu
ta’ala a’lam.
*Penulis adalah alumni S1 Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah, alumni PP Darul Istiqomah Bondowoso, Jawa Timur.
*Penulis adalah alumni S1 Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah, alumni PP Darul Istiqomah Bondowoso, Jawa Timur.
artikelnya sangat bermanfaat....semoga kita dimudahkan utk mengamalkannya
BalasHapusArtikel nya sangat berrmanfaat, semoga kita dimudahkan utk mengamalkan nya, Amin
BalasHapusJazaakumuLlaahu khairan.
BalasHapus