Oleh: Muhammad Iqbal Abdul Ghoffar, Lc*
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim |
Abad ketiga hijriah merupakan era keemasan
dalam dunia keilmuan Islam secara umum dan dalam dunia periwayatan hadis secara
khusus. Pada abad ini, hidup pakar-pakar hadis terkemuka setaraf Imam Ahmad,
Ishaq bin Rohuwiyah, Ali bin al-Madini, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Ismail
al-Bukhari, Muslim bin al-Hajjaj, Abu Zur’ah ar-Razi, Abu Hatim ar-Razi dan masih
banyak lagi. Pada abad ini pulalah, terlahir karya-karya fenomenal dalam bidang
hadis semisal kutubus sittah: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi
Dawud, Jami’ Tirmidzi, Sunan Nasai dan Sunan Ibnu Majah.
Salah satu sumbangsih terbesar yang diberikan
oleh abad ini bagi dunia keilmuan Islam adalah kitab Shahih Bukhari,
sebagaimana yang sudah sedikit disinggung di atas. Kitab yang ditulis oleh Abu
Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari ini adalah kitab hadis pertama dalam
sejarah Islam, yang secara khusus memuat riwayat-riwayat shahih dari Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasalam, tanpa ada campuran hadis-hadis lemah di
dalamnya.
Beberapa lama setelah kemunculan Shahih Bukhari,
muncul pula kitab shahih yang tidak kalah fenomenal dari kitab sebelumnya.
Kitab itu adalah kitab Shahih Muslim yang penulisnya tidak lain adalah murid
dari Imam Bukhari sendiri, yang bernama Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi
an-Naisaburi.
Kedua kitab tersebut tentunya sudah tidak asing
lagi di kalangan umat ini. Keduanya memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam Islam. Kedua kitab ini merupakan salah satu referensi utama dalam segala
bidang keilmuan Islam baik itu tafsir, fiqih, aqidah, sejarah dan bidang-bidang
lainnya. Begitu pentingnya kedua kitab ini hingga para ulama dari zaman ke
zaman pun berlomba-lomba untuk mengkaji, men-syarah, hingga membuat
ringkasan dari dua kitab yang penuh berkah ini.
Selama ini, kebanyakan orang tentu sudah
memahami bahwa kedua kitab yang sedang kita bicarakan ini adalah ashahhul
kutub ba’dal quran (kitab paling shahih/paling benar setelah Al-Quran).
Kebanyakan orang juga sudah mengetahui bahwa kedudukan Shahih Bukhari lebih
tinggi jika dibandingkan dengan Shahih Muslim. Hanya saja ada satu hal yang
mungkin belum banyak diketahui oleh khalayak umum, “Mengapa Shahih Bukhari
lebih unggul ketimbang Shahih Muslim?”. Hal inilah yang ingin kita paparkan
dalam artikel yang singkat ini.
Tentu saja kedudukan Imam Bukhari sebagai guru
Imam Muslim tidak serta-merta menjadikan karya Imam Bukhari lebih unggul
dibanding karya Imam Muslim. Mungkin hal itu memang turut mempengaruhi
penilaian para ulama terhadap Shahih Bukhari. Namun bukan itu yang menjadi
barometer utama dalam perkara ini. Ada beberapa aspek yang menjadikan Shahih
Bukhari lebih unggul jika dibandingkan dengan Shahih Muslim. Aspek-aspek
tersebut antara lain:
Pertama: Di dalam
Shahih Muslim terdapat 620 orang perawi yang riwayatnya tidak disebutkan dalam
Shahih Bukhari. Dari 620 orang tersebut, terdapat 160 orang yang
kredibilitasnya dipersilisihkan oleh para ulama. Adapun dalam Shahih Bukhari, terdapat
435 perawi yang riwayatnya tidak disebutkan dalam Shahih Muslim. Dari jumlah
435 tersebut, hanya 80 orang yang kredibilitasnya diperselisihkan oleh para
ulama. Di sini tampak jelas bahwa perawi kontroversial yang ada dalam Shahih
Bukhari jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan jumlah yang ada dalam Shahih Muslim. Hal ini menunjukkan bahwa Imam
Bukhari lebih selektif dalam memilih jalur periwayatan.
Kedua: Imam Bukhari
tidak banyak meriwayatkan hadis melalui jalur para perawi kontroversial yang
ada dalam kitabnya. Berbeda dengan Imam Muslim. Dari 160 perawi kontroversial
yang ada dalam kitabnya, Imam Muslim banyak menukil hadis-hadis yang datang
melalui jalur mereka.
Ketiga: Kebanyakan perawi
kontroversial yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari adalah guru-gurunya sendiri,
yang pernah ia temui dan ia ketahui sendiri tingkat kredibilitas mereka.
Berbeda halnya dengan para perawi kontroversial yang ada dalam Shahih Muslim,
yang kebanyakan tidak sezaman dengan Imam Muslim.
Keempat: Dalam Shahih
Bukhari, hadis-hadis yang diriwayatkan dari jalur para perawi kontroversial
tersebut hanya dijadikan sebagai riwayat penguat, bukan sebagai riwayat utama.
Sedangkan dalam Shahih Muslim, hadis-hadis yang datang dari jalur para perawi
kontroversial diposisikan sebagai riwayat utama.
Kelima: Dalam hal
ketersambungan sanad, Imam Muslim berpendapat bahwa riwayat mu’an’an [1]
dianggap bersambung selama kedua perawinya sezaman dan ada kemungkinan
untuk saling bertemu. Sedangkan Imam Bukhari tidak mau menerima riwayat mu’an’an
tanpa ada bukti yang menunjukkan bahwa kedua perawinya pernah saling
bertemu. Dalam perkara ini madzhab [2] Imam Bukhari sangat ketat jika dibandingkan
dengan madzhab Imam Muslim.
Setidaknya kelima poin di ataslah yang menjadikan Shahih Bukhari
memiliki nilai plus melebihi Shahih Muslim. Hal ini bisa dirujuk dalam kitab Tahqiqur
Raghbah yang ditulis oleh Dr. Abdul Karim Khudhair, salah seorang anggota Haiah
Kibaril Ulama Saudi Arabia. Meski demikian, perlu kita catat baik-baik
bahwa penilaian ini hanya bersifat global dan tidak terperinci. Artinya
penilaian ini tidak menunjukkan bahwa setiap hadis yang tercantum dalam Shahih
Bukhari lebih kuat dibanding hadis-hadis yang ada dalam Shahih Muslim.
Terkadang hadis dalam Shahih Muslim bisa lebih kuat jika dibandingkan hadis-hadis
Bukhari, hanya saja yang lebih kuat dalam Shahih Bukhari jumlahnya lebih banyak
sehingga Shahih Bukhari diunggulkan atas Shahih Muslim. Wallahu A’lam.
______________
[1] Mu’an’an adalah sebuah riwayat yang dalam sanadnya terdapat
lafal ‘an (عن). Dalam lafal ini ada indikasi ketidak-bersambungan sanad hadis
(meski tidak selalu terbukti demikian).
[2] Aliran atau haluan dalam hal teori atau pemikiran.
*Penulis adalah alumni Fakultas Hadits dan mahasiswa Diploma Tinggi Lughawiyyat Universitas Islam Madinah, alumni PP. Al-Ishlah Lamongan, Jawa Timur.
*Penulis adalah alumni Fakultas Hadits dan mahasiswa Diploma Tinggi Lughawiyyat Universitas Islam Madinah, alumni PP. Al-Ishlah Lamongan, Jawa Timur.
izin ngeblok kemudian unduh artikel ini
BalasHapustafaddhal
Hapusjangan lupa utk menyertakan website ini utk sumber
Hapusmakasih ustad untuk artikelnya. sangat membantu
BalasHapussama2 akhi
HapusUstadz, mengapa ulama maghrib lebih memposisikan shahih muslim diatas shahih bukhari ?
BalasHapusSetidaknya ada dua hal yang membuat sebagian ulama mengunggulkan Shahih Muslim di atas Shahih Bukhari.
Hapus1. Imam Muslim hanya mencantumkan hadis marfu' dalam kitabnya, sedangkan Imam Bukhari banyak mencantumkan hadis mauquf khususnya ketika membuat judul bab.
2. Imam Muslim mengumpulkan hadis-hadis dengan matan yang sama namun sanadnya berbeda-beda di dalam satu bab yang sama, sedangkan Imam Bukhari meletakkannya terpencar-pencar dalam berbagai bab.
Dari kedua alasan di atas, bisa disimpulkan bahwa keunggulan Shahih Muslim terletak pada sistematika penyusunan kitab.
Alhamdulillah, membantu sekali untuk ujian.
BalasHapus