Oleh: Hedi
Kurniadi bin Helmi, Lc*
Ayahanda Imam Bukhari
Adabul Mufrad, salah satu buah karya Imam Bukhori |
Imam Bukhari
menyebutkan tarjamah (biografi) ayahnya di dalam kitab beliau At-Taarikh
Al-Kabiir, begitu pula Al-Hafizh Ibnu Hibban di dalam kitabnya Ats Tsiqoot.
Ayah Imam Bukhari dikenal sebagai seorang yang bertaqwa dan bersikap wara’.
Ahmad bin Hafsh suatu kali bercerita bahwa ia pernah berkunjung ke kediaman
ayah Imam Bukhari di saat beliau mengalami sakit yang merenggut nyawanya, lalu
beliau (Isma’il) berkata:
Ù„َا Ø£َعْÙ„َÙ…ُ Ù…ِÙ†ْ Ù…َالِÙŠْ دِرْÙ‡َماً Ù…ِÙ†ْ
Øَرَامٍ ÙˆَÙ„َا دِرْÙ‡َماً Ù…ِÙ†ْ Ø´ُبْÙ‡َØ©ٍ
“Aku tidak mengetahui sedirham pun dari
hartaku yang haram, dan tidak pula (harta) yang mengandung syubhat.”
Ibnu Hafsh
berkata setelah mendengar perkataan ayah Imam Bukhari: “Seketika diriku
merasa kerdil pada saat itu.”
Di antara
keistimewaan dan keutamaan Imam Bukhari dan ayah beliau (Isma’il) ialah
sama-sama berkecimpung dalam dunia hadits, keduanya adalah ahli hadits yang
semakin jarang keberadaannya.
Selain itu,
ayah Imam Bukhari juga memiliki madrasah (sekolah) dimana Ahmad bin
Hafsh menjadi salah satu gurunya. Hal ini menunjukkan perhatian Isma’il
terhadap ilmu. Beliau ternyata juga seorang yang diberikan kelebihan untuk
menafsirkan mimpi, ini juga menunjukkan ilmu dan keutamaan serta keshalehan
yang dimilikinya.
Ibunda Imam Bukhari
Ibu Imam Bukhari
ternyata juga seorang ahli ibadah, sehingga beliau dianugerahi karamah karena
ketaatannya. Di antara karamah yang beliau miliki ialah doa yang mustajab. Dikisahkan,
Imam Bukhari kecil pernah kehilangan penglihatannya, tidak ada satupun tabib
yang mampu mengobatinya, hingga pada suatu malam, sang ibu bermimpi bertemu
dengan Nabi Ibrahim ‘alahis salam yang mengatakan bahwa anaknya, yaitu
Imam Bukhari, telah dikembalikan penglihatannya oleh Allah subhaanahu wa
ta’ala, tidak lain disebabkan oleh doa yang sering beliau panjatkan.
Ternyata
memang benar, pada pagi harinya Imam Bukhari bisa melihat seperti sedia kala,
Allahu Akbar..!! Namun, sayang sekali tidak diketahui dengan pasti penyebab
hilangnya penglihatan Imam Bukhari. Pada akhirnya beliau bisa melihat kembali
dan penglihatannya lebih tajam dari sebelumnya, sehingga beliau dapat mengarang
kitab At Taarikh Al Kabiir di bawah cahaya rembulan.
Imam Subkiy rohimahullah
berkata bahwa Imam Bukhari pernah kehilangan penglihatannya sebanyak dua kali. Yang
pertama di masa kecilnya (sebagaimana yang dikatakan oleh ahli sejarah), dan
yang kedua ketika beliau bepergian untuk mencari hadits dikarenakan terik
matahari yang sangat menyengat, saat berada di daerah Khurasan. Alhamdulillah,
setelah dianjurkan oleh seseorang untuk mencukur rambutnya dan menutupinya dengan
sejenis bunga yang daunnya seperti daun keladi, akhirnya beliau dapat melihat
kembali.
(Dinukil dari kitab Siirotu Al-Imaam
Al-Bukhooriy, karya Syeikh ‘Abdussalam Al-Mubarokfuuriy rohimahullah)
Faidah
1) Bagi setiap
orang tua (terutama bapak yang menjadi tulang punggung keluarga) hendaknya
memastikan nafkah yang akan diberikan kepada anak dan istrinya adalah harta
yang halal, bersumber dari pekerjaan yang halal. Sebab nafkah yang haram akan
mempengaruhi kepribadian anak keturunannnya nanti.
2) Bagi para
pemuda, hendaknya ia mencari calon istri yang sholehah, taat beragama. Sebab
kelak ia akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Istri yang shalehah
tentunya akan mencetak anak-anak yang shaleh/ah.
3) Bagi para
ibu, banyak-banyaklah berdo’a untuk keshalehan anak keturunan anda. Sebab Allah
ta’ala telah memberikan jatah do’a yang mustajab bagi orang tua untuk
anak-anaknya.
izin unduh
BalasHapustafaddhal
HapusNama ibunya Al Bukhari kok gak ada
BalasHapusApa nama ibu imam al bukhari
BalasHapus