MADINAH – Pada akhir pekan kemarin (Sabtu, 7/2/15), IKPM Madinah
mengadakan rihlah tarikhiyah sekaligus siyahiyah ke beberapa
situs bersejarah di kota Madinah. Rihlah ini dimulai dari pukul 9.30
pagi dan berakhir pada pukul 17.30 sore menjelang waktu Maghrib. Acara ini
dirancang untuk diikuti oleh anggota IKPM dari angkatan mahasiswa baru yang
datang pada pertengahan tahun 2014 kemarin.
Rihlah diikuti oleh 17 orang anggota IKPM dari alumni PMDG dan
alumni pondok alumni Gontor. Para peserta didampingi oleh mahasiswa-mahasiswa senior, juga ketua dan
wakil ketua IKPM Madinah. IKPM
menyewa dua unit mobil, masing-masing Hyundai H-1 dan Tucson untuk keperluan
tur, yang dikendarai oleh Muhammad Ridwan Monteiro dan pembimbing IKPM
Madinah, Ust. Jihaad Elbanna Quthuby, Lc. Biaya akomodasi diambil dari iuran peserta, ditambah dari kas IKPM.
Azzam Musoffa, wakil ketua IKPM Madinah bertutur tentang tujuan diadakannya acara ini,
Azzam Musoffa, wakil ketua IKPM Madinah bertutur tentang tujuan diadakannya acara ini,
"Alhamdulillah, dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk menambah maklumat kawan-kawan tentang daerah yang sedang ia tinggali, baik itu menambah maklumat dari sisi sejarah ataupun sosial dan nilai pariwisata di Madinah ini".
Salinan naskah surat Nabi kepada Najasyi di Museum Masjid Nabawi (doc. IKPM-M) |
Reruntuhan benteng Kaab bin Al-Asyraf |
Setelahnya, rombongan bertolak mengunjungi istana Urwah bin Zubair rahimahullah. Beliau adalah seorang tabi'i yang kaya raya, saudara sahabat Abdullah bin Zubair bin Awwam radhiyallahu anhuma, dan juga salah seorang dari tujuh fuqaha' kota Madinah yang termasyhur. Istana beliau ini terletak di tepi Wadi 'Aqiq (disebut juga wadi yang diberkahi) yang berjarak sekitar 3,5 KM dari Masjid Nabawi. Istana ini sedang dalam proyek pemugaran dan peremajaan oleh Badan Umum Pariwisata dan Situs-situs Arab Saudi. Ketika dikunjungi, dinding istana yang terbuat dari batu gunung dan tanah liat ini sedang diplester ulang dan dipasangi instalasi listrik. Komplek istana kuno selebar 30 M X 40 M ini meliputi bangunan utama, pagar batu, bangunan tambahan, serta sumur tua yang pernah terkenal kelezatan airnya sepanjang sejarah Madinah.
Bekas gunung berapi Madinah, meletus tahun 654 H |
Bagaimanapun juga, antusiasme peserta rihlah cukup bagus. Mereka tidak terlihat kelelahan meskipun telah mengalami perjalanan yang cukup panjang dari pagi hingga sore menjelang malam.
"Ajiib.. Kereen.. More than word lah pokoknya. Tapi waktunya
kurang", tutur Fathi Mubarok, mahasiswa Fak. Dakwah dan Ushuluddin,
salah satu peserta rihlah. (HASB)
Mantiqoh Baidho' |
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda!