Oleh: Aqdi
Rofiq Asnawi, Lc *
Untuk membaca bagian pertama dari tulisan ini, silahkan kunjungi di sini
Kontradiksi Dua Sisi
Setelah ayat pertama tadi menyinggung hal-hal yang perlu dilakukan oleh
orang yang beriman, kemudian ayat kedua mengecam orang yang tidak taat kepada
Allah. Ayat selanjutnya menjelaskan penekanan bahwa dua golongan tadi
benar-benar tidak sama dan saling berlawanan. ([1])Allah
subhanahu wata'ala berfirman :
لا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ
الْجَنَّةِ
Artinya : "Tidak akan sama antara orang-orang penghuni neraka dan
orang-orang penghuni surga." (QS. Al-Hasyr: 20)
Kedua golongan ini tidak akan pernah sama kedudukannya di hadapan Allah,
sebagaimana amal perbuatan mereka yang tak sama di dunia ([2]).
Penghuni surga adalah orang-orang yang dicintai Allah karena melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan penghuni neraka adalah
sebaliknya. Banyak sekali ayat dalam al-Quran yang menjelaskan perbedaan
keduanya dari berbagai segi. Contohnya saja dalam surat Shad ayat 28 :
أَمْ
نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي
الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ
Artinya : "Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka
bumi?! Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan
orang-orang yang berbuat maksiat?!"
Selain itu, surat al-Hasyr ayat 20 ini juga menerangkan tempat manusia
berlabuh nanti ketika di akhirat. Apakah di surga atau neraka? Tidak ada pilihan lain. Inilah masa depan mereka
sesungguhnya. Masa depan yang sukses dan cemerlang ialah ketika surga menjadi
tempatnya di akhirat. Sedangkan masa depan yang buruk dan suram ialah ketika
neraka menjadi tempatnya.
Jalan yang ditempuh menuju surga sudah jelas, apalagi jalan yang menuju
neraka. Tinggal manusia sendiri memilih mana jalan yang ia tempuh sekarang di
dunia. Nabi sudah diutus, al-Quran sudah diturunkan, dan ajaran agama sudah
dijelaskan. Tidak mungkin manusia bisa beralasan lagi. Firman Allah subhanahu
wata'la:
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ
وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ..(
النساء: 165)
Artinya:"(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan agar tidak ada lagi alasan bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya rasul-rasul itu." (QS. An-Nisa': 165)
Pemenang Masa Depan
Indah sekali penutup ayat ke-20 surat al-Hasyr ini. Setelah
menegaskan ketidaksamaan penghuni surga dan neraka, Allah menyatakan bahwa
penghuni surga adalah orang-orang yang beruntung. Allah 'azza wa jalla berfirman:
لا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ
الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (
الحشر: 20)
Artinya: "Tidak akan sama antara penghuni neraka dan penghuni
surga. Para penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr: 20)
Dalam
al-Quran, kata "al-faizun" disebutkan empat kali.
Semuanya menggambarkan para penghuni surga. Sebagian ahli tafsir memaknainya sebagai
orang-orang yang beruntung, lawan dari "al-khasirun"
atau orang-orang yang merugi([3]). Dalam
"al-Qur'an dan Terjemahannya", kata "al-faizun"
dalam ayat ini diterjemahkan menjadi
'orang-orang yang beruntung'([4]).
Ibnu Jarir Ath-Thabari
(wafat th. 310 H) menafsirkan
"al-faizun" dalam ayat di atas sebagai
orang-orang yang meraih apa yang mereka cari dan inginkan.
Mereka adalah
orang-orang yang selamat dari peringatan
yang ditujukan kepada mereka. ([5])
Ibnu Katsir menafsirkan
"al-faizun" dalam ayat di atas sebagai kaum muslimin
yang selamat dari adzab Allah([6]). Sedangkan Syaukani
(wafat th. 1250 H) menafsirkannya dengan
'orang-orang yang memenangkan apa saja yang diinginkan dan selamat dari segala keburukan'. ([7])
Dari sisi bahasa, kata "al-faizun" dalam ayat di atas
tidak selalu diartikan sebagai orang-orang yang beruntung, tapi juga sebagai para
pemenang. Seperti halnya tafsir Syaukani di atas, orang yang menang berperang melawan
musuh juga dikatakan "faaza bihi".([8])
Jika kita hubungkan dengan dua ayat sebelumnya, nampak jelas bahwa para
pemenang masa depan nantinya adalah para penghuni surga. Mereka bertakwa kepada
Allah, mengevaluasi amal perbuatannya, dan tidak melupakan Allah.
Mereka itulah pemenang sejati, walau
di dunia mengalami kekalahan dari berbagai segi. Seperti kalah dari segi kekuasaan,
kekayaan, jabatan, politik, ekonomi, strata sosial, dan lain sebagainya.
Maka,
berbahagialah orang-orang yang tetap istiqamah berpegang teguh dalam kebenaran dan kebaikan di
dunia. Mereka adalah pemenang masa depan. Meski lambat laun dunia seakan
selalu berpihak kepada kesalahan dan keburukan. Wallahua'lam.
*Penulis
adalah alumni Gontor tahun 2008, lulusan S1 Fak. Hadits dan Diploma Tinggi Balaghoh Universitas Islam Madinah.
----------
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda!