Dalam kesempatan kali ini, beliau menyapaikan pesan dan nasihat serta pengalaman yang beliau rasakan selama menuntut ilmu di Madinah An-Nabawiyyah. Adapun yang beliau sampaikan kurang lebih tertera dalam poin-poin berikut:
- Dulu pertama kali saya kesini 26 Desember 1981/Safar 1402. Berangkat dari Gontor di-Allahu Akbar-kan.
- Ciri khas Gontor, dalam hal apapun pasti persiapan. Selalu ada pengarahan. Yang diarahkan pun sesuai dengan misi yang akan dibawa, waktu pengarahannya tepat, yang mengarahkan pun orang yang tepat, juga punya cara yang tepat.
- Maka di Gontor tidak ada “Pantang Menyerah” atau “Pantang Tidak Tercapai”. Tidak pernah Gontor mengutus tanpa ‘senjata’, tanpa bekal.
- Semakin benyak departemen (IKPM) semakin banyak kesempatan untuk berlatih.
- Batang tubuh IKPM adalah untuk membantu anggota setempat. Fokusnya, IKPM Madinah membantu proses sukses dalam belajar.
- Dari zaman Trimurti dulu betul bahwa, “Li kulli ro’sin ro’yun”. Berbeda namun tetap berada dalam kebersamaan.
- Harus pandai siasat dan taktik. Kita harus punya prinsip.
- Kalau di pondok, “Ke Gontor apa yang kau cari”. Di sini dibalik, “Ke Madinah apa yang kau cari”.
- Kita disini melebur bersama jadi ukhuwwah. Tapi ada etika yang harus dibawa. Tetap murid harus menghormati guru. Disini saling menguatkan.
- ‘Baju’ dari rumah tetap ‘dibawa’ tidak apa-apa. Tapi bukan untuk ‘dipamer-pamerkan’.
- 2012 saya haji, 2013/2014 umroh, tapi baru kali ini kesempatan kumpul sama IKPM.
- Dulu mukafa’ah 520. Dikurangi dapur 115. Ghoib satu hishoh dikurangi 8 sar.
- Tahun 1984 ada gelombang jilbab di Indonesia. Disini kami sama pak Hidayat NW mau mengadakan diskusi pakai bahasa Inggris. Akan selalu tetap ada ‘mu’aridh’.
- Hubungan Madinah-Gontor. Saya masuk alumni mutamayyizin. Salah kalua bangga, karena tanggung jawab makin besar.
- Semua proses yang baik akan sampai pada target yang diinginkan.
- Kita tahu bentuk gelas, kalau sudah keluar dari gelas. Kita kenal Madinah itu setelah keluar. Selama di dalam ya ga kenal.
- Salam dari Bapak Pimpinan dan kepala-kepala Lembaga.
- Pesan Pak Hasan; “Pandai-pandailah membaca situasi”.“Gerakan itu jelas. Jangan sampai kurang santun, kurang pandai komunikasi.”
- Pesan Pak Syamsul; “Belajar dengan baik”
- Pesan Pak Akrim; “Supaya kegiatan-kegiatannya IKPM bias dinikmati”
- Pesan Pak Amal; “Pulang? Ke Unida!”
- Tahun 1960, KMI belum punya sanad ilmu. 1963 didirikan PTD, dengan maksud semakin tinggi akademisi gurunya, semakin mampu menjelaskan ilmu pada santri.
- Serendah-rendah manusia adalah yang ‘yabtaghi tsamanan bi ilmihi’
- Tulislah, sejauh itu yang baik.
- Kebiasan itu membentuk jiwa.
- Give, give, give! Tapi ‘faqidu syai’in laa yu’thi’
Oleh: Abdul Latif Ar-Ridho
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda!