Tujuan diadakannya acara ini adalah dalam rangka memperbarui niat di awal semester ganjil 1446 H, sekaligus perkenalan mahasiswa baru dan asatidz dirasat ulya yang baru diterima di jenjang magister dan doktoral.
Alhamdulillah, ada 3 mahasiswa baru IKPM Madinah yang diterima pada tahun ini. Mereka adalah Ahmad Inzimam Haq (Alumni 2019), Muhammad Rizky (Alumni 2021), dan juga Muhammad Irsyad Hanif (Alumni 2021).
Pesan dan nasehat disampaikan oleh para asatidz dirasat ulya yang diwakili oleh Al-Ustadz Hudzaifah Muhammad Maricar M.A., Al-Ustadz Moch. Yusuf Wibisono M.A., Al-Ustadz Arfedin Hamas Khosyatulloh B.A., dan Al-Ustadz Muhammad Fadhil Widiyono B.A.
Di antara pesan dan nasehat yang disampaikan oleh Al-Ustadz Hudzaifah Muhammad Maricar M.A.;
1. Kita adalah penerus tongkat estafet Rasulullah Shallahu alaihi wasallam, dan tujuan kita disini adalah menentut ilmu syar'i dari sumbernya langsung.
2. Bagi mahasiswa baru, hendaknya menerapkan kebiasaan yang sudah kita jalani di pondok dahulu, yaitu tidak berkomunikasi dengan anak lama kecuali ada hajat dan maslahat. Hal ini sangat membantu untuk mengembangkan cakrawala dan juga meningkatkan kualitas berbahasa Arab.
Karena salah satu skill yang harusnya didapat dengan berkuliah di Arab Saudi, adalah kemampuan bahasa Arab yang bagus dan maksimal.
Sebagaimana bahasa Arab juga memiliki faidah yang besar, di antaranya seperti yang disebutkan dalam suatu peribahasa:
مَنْ عَرَفَ لُغَةَ قَوْمٍ أَمِنَ مِنْ مَكْرِهِمْ
"Barangsiapa yang mengetahui bahasa suatu bangsa, maka dia akan terjaga dari tipudaya mereka."
3. Selama tinggal di Madinah, hendaknya mahasiswa tidak hanya mencukupkan belajar di kelas saja. tapi harus dibarengi dengan intensitas kehadiran di masjid nabawi; hadir dalam banyak pelajaran & halaqah masyayikh di sana.
Dan jika bingung untuk mengikuti halaqah apa, hendaknya kita tetap duduk di halaqah manapun yang ada di masjid nabawi. Insya Allah kita akan menemukan sendiri nantinya halaqah mana yang sesuai dengan kebutuhan kita. Hal ini berguna untuk meminimalisir hal-hal yang tidak bermanfaat ketika kita berada di masjid nabawi.
Apapun yang membuat kita semangat untuk pergi ke masjid nabawi, maka lakukanlah!
Jangan sampai kita menyesal nantinya ketika sudah selesai dari sini, karena kita tidak memaksimalkan kesempatan kita untuk sering ke masjid nabawi.
4. Terdapat maktabah soutiyah di pintu 18 masjid nabawi, dan kita bisa membawa flashdisk/hardisk untuk meminta file-file kajian yang ada di sana. Kemudian kita bisa mendengarkan file-file kajian tersebut kapan saja dan di mana saja, yang berfungsi untuk meningkatkan kapasitas keilmuan kita.
5. Jangan lupa untuk meminta doa ke orang tua, dan juga kepada pasangan jika telah memilikinya.
6. Orang-orang yang hadir di majlis ilmu khususnya halaqah yang di masjid nabawi mendapatkan fadilah yang besar, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
هم القوم لا يشقى بهم جليسهم
"Mereka adalah kaum yang tidak akan rugi orang yang duduk bersama mereka" (H.R. Muslim)
Dikisahkan bahwa Syaikh Utsaimin melihat seseorang di majlisnya dan tidak menulis seperti halnya orang-orang yang hadir di kajian. Lantas beliau bertanya kepada orang tersebut, dan orang tersebut menjawab dengan hadis di atas. Syaikh pun menangis seraya berkata:
نريد أن نعلّمه فتعلّمنا منه
"Kita hendak mengajari dia, malah kita yang belajar darinya"
7. IKPM Madinah berbeda dengan IKPM di negara lainnya. Kita lebih fokus untuk menuntut ilmu di kota Madinah, tapi kita juga memiliki kegiatan selain keilmuan, seperti olahraga dan lain-lain.
Di antara pesan dan nasehat yang disampaikan oleh Al-Ustadz Moch. Yusuf Wibisono M.A.;
1. Kita harus memperbanyak syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, atas nikmat yang telah Allah berikan untuk studi di kota yang penuh keberkahan ini.
Teman dari syukur adalah sabar, sehingga orang yang sabar pasti juga bersyukur, dan begitu pula sebaliknya.
Dan selama kita menuntut ilmu disini, pasti mendapati banyak kesulitan. Maka ingatlah selalu firman Allah Subhanahu wa Ta'ala;
إِنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْرًا
"Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan" (Q.S. Al Insyirah: 6)
2. Menuntut ilmu itu memiliki sifat, etika dan hal-hal penting lainnya yang perlu kita perhatikan.
Di antaranya adalah rendah diri (Tawadlu'). maka kita harus berusaha terus untuk menekan ego kita untuk dilihat orang (Show up).
Gunakan media sosial yang kita miliki sebaik-baiknya, dan usahakan apa yang kita lakukan hanya karena Allah Ta'ala (lillahi ta'ala).
3. Yang lebih mengerti dengan kemampuan intelektual kita adalah diri kita sendiri. Jika dahulu kita masih diatur ketika di pondok, maka saat ini kita yang mengatur diri kita sendiri. Maka harus selalu instorpeksi juga sadar diri.
4. Perbanyak berdoa, minta doa, dan juga mendoakan, selama kita masih berada di Madinah.
5. Di antara kelebihan belajar di Madinah; kesempatan menjalin relasi dan silaturrahim dengan orang-orang yang mungkin tidak kita temui di kampung kita. Sehingga perbanyaklah relasi, insya Allah terdapat keberkahan di dalamnya.
Diantara pesan dan nasehat yang disampaikan oleh Al-Ustadz Muhammad Fadhil Widiyono B.A.;
1. Pentingnya mengatur waktu (tandzimul waqt), khususnya perihal muraja'ah .
Perlu adanya waktu khusus untuk muraja'ah hafalan Qur'an, muraja'ah materi di kampus dan juga materi di halaqah ilmu lainnya seperti di masjid nabawi dan lainnya.
Dan perlu juga adanya muraja'ah mingguan dan bulanan. Sehingga ilmu kita tetap melekat, dan tidak hanya di dalam kardus.
2. Kita perlu mempelajari ilmu yang bukan menjadi spesialisasi (takhassus) kita, karena kita akan ditanya banyak hal ketika kembali ke masyarakat, maka dibutuhkan pengetahuan di setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan nasehat dari ulama:
خذ من كلّ شيءٍ شيئًا، ومن شيءٍ كلَّ شيءٍ
Diantara pesan dan nasehat yang disampaikan oleh Al-Ustadz Arfedin Hamas Khosyatulloh B.A.;
1. Harus pintar-pintar mencari circle pertemanan, jangan sampai salah memilih teman.
2. Nasehat dari bapak (KH. Hasan Abdullah Sahal): "Hamas kalau di Madinah, jangan kemana-mana! cukup di maktabah, mat'am, masjid dan kelas". Maksudnya adalah fokus dalam lingkaran dan lingkungan ilmu, bukan yang lainnya.
3. Nasehat dari Al-Ustadz Abdullah Said Baharmus: "Kuliah di Madinah itu adalah Nikmat dan Amanah."
Ada juga pesan-pesan yang disampaikan oleh asatidz lainnya, seperti:
1. Perbaiki niat kita. Sebagaimana falsafah Gontor: "Ke Gontor, apa yang kau cari", dan begitu pula di Madinah "Ke Madinah, apa yang kau cari".
Falsafah ini adalah bukti bahwa para pendiri Gontor sangat memperhatikan pentingnya niat. Sesuai dengan hadits Nabi Shallahu alaihi wa Sallam;
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
"Sesungguhnya segala sesuatu itu tergantung dengan niatya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasulNya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan rasulNya. Dan barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau menikahi perempuan yang ia sukai, maka hijrahnya kepada yang ia inginkan tersebut" (Muttafaq 'Alaih)
Maka di Madinah ini, ada dua pintu:
1) Pintu Allah dan rasulNya; yaitu ketika kita memperbanyak ibadah, menuntut ilmu dan ibadah lainnya.
2) Pintu Dunia; yaitu orang-orang yang tujuannya, ingin memperkaya diri atau memperbanyak harta,
Dan kita akan mendapatkan sesuai dengan apa yang kita niatkan.
3. Allah memilih kita belajar di Madinah, karena Allah menghendaki kebaikan untuk diri kita.
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
"Barang siapa yang Allah hendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dalam masalah agama" (Muttafaq 'Alaihi)
4. Kita akan kembali ke masyarakat nantinya, dan kita akan ditanya tentang keilmuan kita. Maka jangan sampai terjadi di diri kita seperti yang disabdakan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam:
اتَّخَذَ النَاسُ رُؤُوْسًا جُهَّالًا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا
"Orang-orang (jika tidak ada yang Alim di antara mereka) akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka, dan mereka akan berfatwa tanpa ilmu, sehingga menyesatkan diri mereka dan orang lain" (Muttafaq 'Alaihi)
Dan masyarakat tidaklah memilih mereka kecuali posisi dan kedudukan yang mereka miliki. Maka kita -yang sudah diberikan fadilah sebagai mahasiswa di Madinah- harus mempersiapkan diri kita sebelum kita kembali ke masyarakat, agar tidak menjadi orang yang berfatwa tanpa ilmu.
5. Menuntut ilmu memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah Allah akan mengangkat derajatnya. Namun ia juga bisa berbalik menjadi sebab kita dijerumuskan ke dalam neraka jika niat kita salah.
6. Penuntut ilmu tidak seperti orang awam. Ibadah, perilaku, dan akhlak dari seorang penuntut ilmu harus lebih baik.
7. Kita akan menjadi dokter, ketika kita kembali ke masyarakat, sehingga kita harus mengetahui takaran dosis yang harus kita berikan kepada masyarakat.
8. Di manapun kita akan berkiprah, harus ada standar minmal sebagai penuntut ilmu. Karenanya para ulama memiliki istilah: ما لا يسع طالب العلم جهلَه. Ada hal-hal yang tidak boleh luput dan harus diketahui bagi seorang penuntut ilmu.
9. Alumni Madinah yang tidak mempersiapkan dirinya untuk menghadapi tantangan dakwah dan umat, sangatlah merugi.
10. Ta'shil Ilmi (Memulai belajar dari disiplin ilmu yang dasar) sangat membantu kita dalam menghadirkan maklumat, ketika kita membutuhkannya. Dan banyak dari permasalahan kontemporer bisa terjawab jika kita benar-benar mempelajari ilmu dengan benar.
11. Hal pertama yang dimulai oleh seorang penuntut ilmu dalam perjalanannya adalah menghafal Al-Qur'an.
Semoga Allah memberikan taufiq untuk terus kuat mengemban amanah ini, dan kita semua bisa tetap semangat dalam menuntut ilmu di kota Madinah. Amin ya Allah.
أحسن الله إليكم
BalasHapus